Monday, April 12, 2010

Anakku Sulit Membaca, Apakah Menderita Dyslexia?

Pada suatu ketika ada seorang ibu yang mengeluhkan tentang perilaku anaknya, sebut saja Rudi. Rudi adalah seorang anak kelas 2 SD yang saat ini tidak ingin sekolah lagi. Nilai yang diperoleh Rudi semakin menurun dibanding sebelumnya. Rudi juga enggan mengerjakan PR bahasa Indonesia yang diberikan oleh gurunya dengan alasan bosan dan sudah bisa. Dengan penuh kesabaran ibunya membujuk Rudi untuk mengerjakan soal bahasa Indonesianya itu, sebelum menjawab pertanyaan yang tersedia ibu meminta Rudi untuk membaca cerita pendek yang ada pada buku pegangan miliknya. Namun betapa kaget dan shock ibunya saat mengetahui bahwa Rudi masih mengeja satu persatu huruf dari cerita pendek tersebut. Kemudian ibunya pun mendatangi gurunya dan menanyakan keadaan Rudi jika disekolah. Gurunya menjelaskan bahwa Rudi adalah siswa yang patuh, dan selalu memperhatikan guru saat diberi penjelasan. Namun Rudi sering terlihat malas dan tidak mau mengerjakan terutama saat pelajaran bahasa, mencongak atau membaca.

Saat ini ibunya merasa kebingungan atas apa yang terjadi pada anaknya. Diantara kebingungannya, sang ibu kemudian membawa Rudi ke seorang Psikolog dan menemukan jawabannya bahwa Rudi mengalami Disleksia. Dari contoh kasus tersebut diatas merupakan suatu persoalan yang sering dialami oleh orangtua. Tidak jarang pula orangtua mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi persoalan yang sedang menimpa anaknya. Permasalahan anak di sekolah banyak disebabkan karena anak mengalami kesulitan dalam hal belajar. Anak dengan permasalahan belajar biasanya mempunyai permasalah yang khusus yakni mengalami kesulitan membaca, sedangkan inteligensinya normal dan tidak mempunyai penyimpangan lain (MÅ‘nks, F.J., 2002).

Kesulitan dalam belajar yang dialami oleh anak biasanya disebabkan karena disleksia. Hambatan membaca atau dyslexia didefinisikan sebagai suatu type gangguan belajar dimana anak gagal menguasai berbagai proses dasar, seperti mengenali huruf dan memadukan suara, meskipun secara intelegensi cukup dan kesempatan pendidikan telah terpenuhi. Disleksia lebih disebabkan karena terdapat perbedaan dalam cara otak memproses kalimat terutama yang bekenaan dengan bunyi, simbol, dan makna. Membaca merupakan proses yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai fungsi kognitif, antara lain meliputi: perhatian, konsentrasi, kemampuan menggabungkan antara modal-modal sensori dan juga berbagai subskill serta kemampuan-kemampuan lain, seperti: kesadaran phonology (kesadaran pada diri dan karakteristik bunyi kata), rapid decoding (mengeja cepat), pemahaman verbal, dan intelegensi umum (Sattler, J. 1988).

Anak dengan hambatan membaca atau disleksia mengalami kesulitan dalam mengenal kata yang mereka baca. Adanya penurunan dari permasalahan ingatan, namun lebih termanifestasi pada penurunan bahasa dan penurunan proses fonologi. Pada intinya anak yang mengalami hambatan dalam membaca, memiliki masalah dalam mengenal kata yang mereka baca, menempatkan berbagi fonem (suara dasar pada akhir kata), serta mengingat kata yang telah dipelajari sebelumnya (Kearney, 2006).

Sumber:
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Anakku+Sulit+Membaca%2C+Apakah+Menderita+Dyslexia%3F&dn=20080706213933

No comments:

Post a Comment